Cerita Singkat

Aku dan Hujan Sore Itu

Hujan turun disore hari saat jam pulang kerja ditengah kemacetan. Bau tanah basah menyusup dari sela-sela jendela bus yang aku tumpangi. Kulihat ke arah luar jendela. Para pengendara sepeda motor sibuk menyelamatkan dirinya agar tak kena hujan. Ada yang menepi mencari persinggahan, ada yang melindungi kepalanya dengan jas hujan, jaket, atau kantong plastik, dan ada juga yang pasrah saja, menbiarkan hujan membasahi dirinya.

Dari kejauhan tampak anak kecil dengan celana bola seutut, berkaos polos kusam, berjalan diantara kendaraan yang terjebak macet sambil membawa beberapa payung yang susah mulai lusuh namun masih bisa digunakan. Bocah itu kesana kemari menawarkan jasa ojek payung. Beberapa orang menolak sebab sudah terlanjur kebasahan, namun bocah itu tidak putus asa. Ia terus berkeliling sambil menawarkan jasanya.

Hati ku tertegun. Aku bangun dari kursi ku, membayar ongkos pada kondektur bus, dan turun dari bus sambil melindungi kepalaku dengan tas yang ku bawa dari tetesan air hujan. Bocah itu melihat ku. Aku menyuruhnya menghampiriku. Dia begitu bersemangat dan berlari kearahku.

"Teh, mau ojek payung?" sambil membuka payungnya dan menyodorkannya padaku.

"Iya dek"

"Teteh mau kemana? Mari saya antar sampai tujuan"

"Saya cuma sampai simpang empat di depan sana, lalu belok kiri. Setelah itu ada kedai kopi kecil, tolong antar kesana ya"

"Ayo teh"

Aku dan bocah itu berjalan. Di jalan, aku sedikit berbincang bincang dengannya.

"Namanya siapa dek?"

"Nama saya Amir, kalo teteh? Siapa namanya?"

"Saya Ningsih"

Dia mengangguk.

"Kamu umurnya berapa?"

"Saya umurnya 8 tahun"

"Sekolah gak?"

"Alhamdulillah sekolah, kelas 2 SD sekarang"

"Bagus dong! Keren! Kecil-kecil bisa menghasilkan uang sendiri"

"Makasih teh"

"Sama-sama, kamu ko jadi ojek payung? Kenapa?"

"Bantu kakek, lumayan uangnya buat beli minyak tanah"

"Kalo ga hujan, kamu ngapain?"

"Jualan tahu goreng"

"Sampe malem?"

"Ya sehabisnya aja"

"Ayah mu kerja dimana dek?"

"Ayah udah di surga sama ibu. Saya dan adik-adik diurus sama kakek"

"Kakek kerja apa?"

"Kakek jualan opak keliling"

"Oalah, kalo boleh tau, rumah mu dimana?"

"Tidak jauh dari lampu merah ketiga dari sini"

Aku kaget sebab jarak antara lampu merah yang ku lewati dengan lampu merah ketiga selanjutnya cukup jauh, jaraknya ratusan meter. Aku termenung sambil menatap genangan air yang terpercik karena tetesan hujan. Merenungi diriku yang acap kali tidak bersyukur padahal masih ada kehidupan yang lebih menyedihkan dariku.

Tak terasa aku dan bocah itu telah sampai di depan kedai kopi.

"Makasih yaa dek, berapa ongkosnya?"

"Lima ribu aja kak"

Aku iba dengannya. Masih kecil dengan semangat yang besar, menerobos dinginnya hawa dengan hujan yang mengguyur sore itu. Aku salut. Aku menyodorkan dua lembar uang lima puluh ribu. Dia nampak bingung dan terkejut.

"Aduh teh, saya ga punya kembalian. Teteh pelanggan pertama. Apa teteh gak ada uang pas?"

Ku fikir, sedikit mengujinya boleh.

"Saya gak punya uang pas dek. Gimana ya?"

"Kalau gitu tidak usah bayar tidak apa-apa, saya ikhlas"

Kalau bukan karena gengsi, aku sudah menangis sejadi jadinya. Begitu murah hati sekali adik ini.

"Kalau gitu tidak usah kembalian. Ambil semuanya yaa. Kasih ke kakekmu, atau belikan makanan enak unruk kakek dan adik-adik mu"

Adik itu masih memfokuskan pandangannya pada uang yang ia pegang, lalu mengarahkan pandangannya pada ku. Seketika dia memelukku sambil menangis.

"Makasih banyak teh, makasih banget. Saya gak tau lagi harus bilang apa. Baru kali ini saya punya uang sebanyak ini dan saya senang sekali. Akhirnya saya bisa pulang cepat dan membelikan kakek dan adik-adik saya makanan yang enak"

"Iya dek, sama-sama. Tetap semangat yaa! Terus jadi orang-orang yang menginspirasi dengan segala kekuranganmu"

Dia melepaskan pelukannya dan berpamitan padaku lalu pergi berlalu. Aku masuk ke dalam kedai kopi, memesan secangkir kopi hitam dan duduk di depan kaca toko sambil melihat kearah luar. Hujan masih mengguyur bahkan kian deras, Ku seruput minuman hitam itu perlahan sambil bergumam pada diri sendiri. Hari ini aku belajar satu hal yang berharga tentang bagaimana membuat hidup ini bahagia dengan cara bersyukur. Sering kali kita lupa bahwa kita masih mengeluh dan sedih pada kondisi yang kita anggap tidak beruntung. Padahal masih banyak ketidak beruntungan yang lebih parah di luar sana. Bahagia semudah itu, namun kita yang menbuat bahagia itu menjadi hal sulit. bersyukurlah maka kamu akan bahagia.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

daily tips

Cerita Singkat

daily tips